Lebaran haji tinggal satu hari lagi. Trend keuangan juga bertumbuh lagi. Senyuman berseri lagi. Ooppss... Tidak seperti yang kamu bayangkan. Ingat, ada protokol yg wajib dilaksanakan, jangan lari dari itu semua.
Mengapa itu ada protokolnya? Jelas, agar pengeluaran bisa dikendalikan dengan bijak. Bicara soal pulang, tanggap 31 Agustus 2017 saya mendapat kesempatan untuk pulang ke Marihat Ulu, kampung halaman saya. Walaupun pun pengajuan cuti satu minggu sebelumnya dan itu juga belum tentu disetujui. Tapi Alhamdulillah sesuai harapan.
Saya mulai mempersiapkan perlengkapan pulang seperti pakaian, cek kondisi kendaraan, dan matel hujan untuk antisipasi basah karena hujan, soalnya lagi musim hujan. Maklum saya masih naik sepeda motor. Kemudian saya sarapan, makan mie sih lagi selera makan mie aja. Ditambah dengan suplemen makanan agar kondisi tubuh tetap bertenaga untuk perjalanan pulang nanti.
Kamar saya pastikan sudah terkunci, listrik juga kondisi aman, lalu saya hidupkan mesin kereta (untuk selanjutnya sepeda motor) beberapa saat saya bergerak menuju kampung halaman. Sebelum saya meninggalkan Medan, saya sempat membeli cat tembok titipan dari wanita spesial juga, selain Ibu tentunya. Hehehe... Catnya tergolong susah nyarinya, tapi akhirnya ketemu juga sesuai warna dan ukuranya. Selesai belanja, saya pun langsung fokus menuju kampung halaman.
Medan kondisinya masih macet, apalagi di ruas jalan Medan Amplas ada pengerjaan proyek jalanan, penambahan lebar jalan. Aduh.. Macet lumayan panjang, belum lagi gerbang tol Tanjung Morawa. Bikin males kalau sudah macet, tapi tidak ada pilihan lain kecuali nyelap nyelip di celah jalan.
Keluar dari simpang Kayu Besar barulah kondisi jalanan renggang. Saya melaju dengan kecepatan rata 80 km/jam. Suasana masih biasa, lintasan yang banyak dilewati bus besar, truk gandeng, beberapa mobil pribadi & juga kereta. Saya biasanya akan menunggu 1 kendaraan roda 4 untuk di depan saya, kenapa? Saya memanfaatkannya sebagai bumper. Soalnya kalau saya melaju sendirian, seringa bus besar yang arah ke Medan melintas jalaur kiri arah Siantar. Alhasil kereta yang kecil ini berbahaya, menepi, dan beresiko keluar jalan. Makanya kalau ada mobil di depan saya, itu akan memberikan keaman selama melintasi jalanan. Itu trik saya supaya perjalanan lebih aman, nyaman.
Tiba di jembatan sungai ular, saya berhenti untuk minum air tebu, sambil istirahat, dan mengambil beberapa foto untuk kenang-kenangan. Sekitar 15 menit, saya melanjutkan perjalanan. Lalu berhenti lagi di Tebing, di salah satu mini market, sama sekitar 15 menit. Sampailah di area perkebunan sawit pabatu, rupanya jalanan sebagian di perbaiki, terlihat petakan lubang yang akan ditambal, tapi belum selesai. Jadi saya mesti berhati-hati, sambil menyalakan lampu tangan. Sebagai pengganti lampu hazard.
Khusus di area perkebunan, saya sengaja menaikkan kecepatan supaya menghindari area sunyi dengan cepat. Sampai di perbatasan Sergei & Simalungun, saya menyempatkan mengambil foto gerbang selamat datang Kabupaten Simalungun. Ya.. Sebagai simbol kecintaan saya terhadap tanah kelahiran, Simalungun. Kemudian perjalanan saya lanjutkan & sampailah di Kota Pematangsiantar, saya masih tetap berhenti juga, kali ini untuk mencuci kereta sambil istirahat. Sekitar 20 menit, lumayan juga untuk merilekskan badan. Sambil ngbrol sama pekerjanya, biasalah cerita tentang pekerjaan, tempat tinggal dsb.
Selesai mencuci kereta, saya berhenti di aalah satu toko roti di ruko yang dekat mall siantar, jalan Sutomo, SMA Negeri 4. Saya beli 2 kotak bolu, untuk oleh-oleh rumah. Lengkap semuanya, barulah saya kembali fokus menuju rumah Marihat Ulu. Alhamdulillah cuaca juga cerah selama perjalanan. Saya tiba di rumah, selama hampir 4 jam perjalan Medan - Siantar.
Begitu tiba dirumah, suasana masih terlihat sepi. Pada kemana ya orang Bapak sama Ibu. Langsung saja masuk kerumah, ternyata Bapak lagi tiduran di depan tv. Mungkin karena terdengar suara langkah, Bapak akhirnya terbangun juga. Saya salam, ya.. Peluk juga, soalnya rindu juga. Selanjutnya tas saya letakkan di dalam kamar, sambil mengganti pakaian. Karena badan terasa sangat lelah, saya pun langsung merebahkan badan sambil nonton tv.
Sambil memperhatikan, saya melihat Bapak yang pangkasannya sudah mulai panjang, dan kurang teratur. Lalu saya bertanya "Pak, kita pangkas yuk, tpi dikota. Soalnya di kota yang masih banyak buka walau sudah malam". Ya sudah, jawab Bapak sambil tersenyum.
Akhirnya malam pun tiba, saya dan Bapak sedang mempersiapkan kendaraan sebelum ke kota untuk pangkas. Menurut saya ini adalah aktivitas sederhana, namun sebagai bentuk perhatian kita kepada orang tua. Memperhatikan penampilannya, kesehatannya, dll. Padahal tidak mungkin bisa kita membalas segala pengorbanan orangtua dengan materi yang ada, kecuali kasih sayang yang tulus dan nyata.
Sesampainya di kota, kami pelan-pelan mencari tempat pangkas yang masih buka, dan terakhir berhenti di tempat pangkas jalan Kartini. Mendaftar, dan mendapat antrian ke 3. Bosen juga nungguin terlalu lama, mau makan ke luar tapi suasana masih hujan lebat.
Akhirnya bertahan sambil nunggu. Setelah antrian kami di panggil, bapak segera dipangkas. Ada yg spesial, paket yg di tawarkan adalah pangkas, keramas, dan refleksi. Sepintas saya melihat wajah Bapak senyum, menambah kebahagiaan saya. Dalam hati saya berkata, "Bapak, terima kasih banyak atas perjuangan selama ini, walaupun bapak bukan dari kalangan yang berpendidikan, tapi semangat dan cita-cita bapak sangatlah mulia. Cara bapak mengolah sumber daya yang ada benar-benar efektif & efisiens." Terima kasih Bapak, semoga Allah memberikan berkahnya untuk Bapak selamanya, amin."
Perut lapar tak sabar lagi harus menunggu pulang, jadi kami langsung menuju warung bakso di ujung jalan kartini, sebut saja Bakso Deli 1, maaf nih harus sebut merk. Memang dari dulu cita rasa bakso ini tiada duanya menurut aku. Sambil makan ternyata Ibu yang lagi nunggu dirumah nelpon untuk menanyakan kenapa belum pulang? Saya jawab saja, kami lagi makan, Ibu mau pesan? Yaudah pesan nasi goreng saja. Tak lama kami selesai makan pesanan nasi goreng di bungkus pun selesai. Saya bayar semua tagihan, dan kami pun segera pulang ke rumah.
Alhamdulillah lebaran haji pun tiba, masakan Ibu yang spesial itu telah siap dihidangkan. Tanpa ragu saya pun langsung menyantapnya. Setelah selesai makan, segera setelah itu saya mandi. Dan melanjutkan aktiftas liburan saya untuk mengunjungi teman lama serta yang InsyaAllah calon pendamping saya.
Waktu berjalan tanpa terasa sudah pukul 5 sore, akhirnya saya harus kembali ke Medan. Sepanjang perjalanan kondisi lancar hanya saja cuaca tidak mendukung, nyaris sepanjang perjalanan diguyur hujan. Menyebabkan perjalanan menjadi 5 jam, padahal biasanya hanya 3 jam.
Sekitar pukul 11 malam, saya pun tiba di kost an dan membereskan semua perlengkapan, sebelum akhirnya saya istirahat. Karena besok mulai masuk kerja pagi jam 8. Alhamdulillah semua agenda liburan berjalan lancar. Semoga bisa menambah kesehatan jiwa & raga. Bisa bertemu orang tua tersayang, sahabat lama.
Demikianlah ulasan kali ini, semoga bisa menginspirasi bagi yang membacanya. Karena tujuan dari tulisan ini adalah mengajak pembaca supaya bisa lebih kreatif & peka terhadap isu yang berkembang secara akurat & tersistem.
Atas perhatiannya terimakasih.
Tamat.