Malam akhir pekan? Sudah menjadi kebiasaan umum, malam Minggu menjadi malam yang cukup menyenangkan, karena kita bisa istirahat dari rutinitas mingguan kita, baik itu bekerja, sekolah, dsb. Untuk mengisi malam Minggu banyak sekali tentunya. Contohnya seperti berkumpul dengan keluarga sambil makan spesial, atau bertemu sahabat untuk sekedar minum kopi, ada juga yang digunakan untuk bertemu pacar (bagi yang mengenal istilah pacaran). Yang menarik adalah malam Minggu adalah malam spesial bagi kaum muda, dan sekarang kita kenal dengan istilah Kaum Millenial. Demikian sekilas dengan malam Minggu. Mendengar istilah Millenial yang sekarang sedang hits, saya ingin membagikan informasi terkait Millenial. Apa yang menjadikan Millenial begitu menarik untuk dibincangkan?
Berikut ulasannya.
Sebelum saya melanjutkan isi dari ulasan ini, saya akan membatasi apa saja yang menjadi topik pembahasan mengenai Millenial, yaitu :
- Pengertian Millenial.
- Sejarah Munculnya Istilah Millenial.
- Karakteristik Millenial.
- Pengaruh Millenial Dalam Perkembangan Masyarakat.
- Tokoh-Tokoh Millenial.
Langsung saja kita membahas bagian pertama.
1. Pengertian Millenial
Generasi millennials menjadi topik yang cukup hangat dikalangan masyarakat, mulai dari segi pendidikan, teknologi maupun moral dan budaya. Tapi sebenarnya, siapakah generasi millenials itu dan apakah masyarakat benar-benar mengerti akan sebutan itu?
Millennials atau kadang juga disebut dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980- 2000an. Maka ini berarti millenials adalah generasi muda yang berumur 17- 37 pada tahun ini. Millennials sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi.
Di Indonesia sendiri dari jumlah 255 juta penduduk yang telah tercatat, terdapat 81 juta merupakan generasi millenials atau berusia 17- 37 tahun. Hal ini berarti Indonesia memiliki banyak kesempatan untuk membangun negaranya.
2. Sejarah Munculnya Istilah Millenial.
Istilah generasi millennial memang sedang akrab terdengar. Istilah tersebut berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya.
Millennial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo boomers. Secara harfiah memang tidak ada demografi khusus dalam menentukan kelompok generasi yang satu ini.
Namun, para pakar menggolongkannya berdasarkan tahun awal dan akhir. Penggolongan generasi Y terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980 - 1990, atau pada awal 2000, dan seterusnya. Awal 2016 Ericsson mengeluarkan 10 Tren Consumer Lab untuk memprediksi beragam keinginan konsumen.
Laporan Ericsson lahir berdasarkan wawancara kepada 4.000 responden yang tersebar di 24 negara dunia. Dari 10 tren tersebut beberapa di antaranya, adalah adanya perhatian khusus terhadap perilaku generasi millennial.
Dalam laporan tersebut Ericsson mencatat, produk teknologi akan mengikuti gaya hidup masyarakat millennial. Sebab, pergeseran perilaku turut berubah beriringan dengan teknologi. "Produk teknologi baru akan muncul sebagai akomodasi perubahan teknologi," ujar Presiden Director Ericsson Indonesia Thomas Jul.
Sepanjang tahun ini, beberapa prediksi yang disampaikan Ericsson berhasil terbukti. Salah satunya, perilaku Streaming Native yang kini kian populer.
Jumlah remaja yang mengonsumsi layanan streaming video kian tak terbendung. Ericsson mencatat, hingga 2011 silam hanya ada sekitar tujuh persen remaja berusia 16 - 19 tahun yang menonton video melalui Youtube.
Rata-rata mereka menghabiskan waktu di depan layar perangkat mobile sekitar tiga jam sehari. Angka tersebut melambung empat tahun kemudian menjadi 20 persen.
Waktu yang dialokasikan untuk menonton streaming juga meningkat tiga kali lipat. Fakta tersebut membuktikan, perilaku generasi millennial sudah tak bisa dilepaskan dari menonton video secara daring.
Teknologi juga membuat para generasi internet tersebut mengandalkan media sosial sebagai tempat mendapatkan informasi. Saat ini, media sosial telah menjadi platform pelaporan dan sumber berita utama bagi masyarakat.
Tren tersebut sudah terbukti disepanjang 2016 melalui beberapa peristiwa penting, seperti aksi teror bom. Masyarakat benar-benar mengandalkan media sosial untuk mendapatkan informasi terkini dari sebuah peristiwa.
The Nielsen Global Survey of E-commerce juga melakukan penelitian terhadap pergeseran perilaku belanja para generasi internet. Penelitian dilakukan berdasar penetrasi internet di beberapa negara.
Nielsen melakukan riset terhadap 30 ribu responden yang memiliki akses internet memadai. Responden tersebut berasal dari 60 negara di Asia Pasifik, Eropa, Amerika Latin dan Utara, serta Timur Tengah.
Studi tersebut menggambarkan perilaku generasi akrab internet ini memilih jalur daring untuk meneliti dan membeli beragam produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Nielsen mencatat, pertumbuhan penetrasi perangkat mobile di kota-kota besar Indonesia mencapai 88 persen.
Kepemilikan perangkat mobile menjadi salah satu faktor paling signifikan terhadap perilaku belanja daring. Berdasarkan riset Nielsen tersebut, Indonesia memiliki peringkat teratas secara global dalam hal penggunaan ponsel pintar untuk belanja daring.
Sebanyak 61 persen konsumen memilih berbelanja menggunakan ponsel pintar, dan 38 persen lainnya memilih tablet atau perangkat mobile lain. Sementara, 58 persen konsumen lebih memilih menggunakan komputer.
3. Karakteristik Millenial.
Studi tentang generasi millenial di dunia, terutama di Amerika, sudah banyak dilakukan. Di antaranya studi yang dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) bersama University of Berkley tahun 2011 dengan mengambil tema American Millennials: Deciphering the Enigma Generation.
Tahun sebelumnya, 2010, Pew Research Center juga merilis laporan riset dengan judul Millennials: A Portrait of Generation Next.
Berdasarkan penelitian-penelitian itu, inilah karakteristik generasi millenial tersebut:
1. Millennial lebih percaya User Generated Content (UGC) daripada informasi searah.
2. Millennial lebih memilih ponsel dibanding TV.
3. Millennial wajib punya media sosial.
4. Millennial kurang suka membaca secara konvensional.
5. Millennial lebih tahu teknologi dibanding orangtua mereka.
6. Millennial cenderung tidak loyal namun bekerja efektif.
7. Millennial mulai banyak melakukan transaksi secara cashless.
4. Pengaruh Millenial dalam perkembangan masyarakat.
Pengaruh generasi
milenial atau generasi muda yang lahir pada tahun 1990an sampai 2000an, sangat
mempengaruhi perkembangan ekonomi di Indonesia.
Saat ini kehidupan
digital telah meresap kedalam setiap lini kehidupan manusia modern. Segala
aktivitas mereka selalu bersentuhan dengan internet. Perkembangan teknologi ini
membawa perubahan pada gaya hidup terutama bagi anak muda yang lahir pada tahun
1990an sampai 2000an.
– Internet tidak hanya sekedar merubah gaya hidup
tapi juga peradaban dan generasi.
– Generasi milenial tumbuh kreatif dan berinovasi lewat digital.
– Generasi milenial membentuk ekonomi Indonesia dengan teknologi
– Generasi milenial tumbuh kreatif dan berinovasi lewat digital.
– Generasi milenial membentuk ekonomi Indonesia dengan teknologi
Mereka lahir dan tumbuh
dengan nyaman dalam lingkungan serba digital. Melalui internet, berbagai
aktivitas dalam kehidupan mereka menjadi lebih mudah. Mereka inilah yang
disebut sebagai generasi milenial atau generasi digital native.
Mereka menemukan
caranya sendiri untuk terhubung dan terkoneksi dengan orang lain lewat sosial
media, seperti Twitter, Facebook, Path dan sebagainya. Tidak ada lagi jarak,
dan semua saling terkoneksi. Mereka merubah tatanan nilai dan gaya hidup selama
ini menjadi serba digital.
Generasi milenial juga
menjadi yang terbesar di Indonesia pada tahun 2020.
Menurut Yoris
Sebastian dari OMG Consulting, pada 2020, jumlah usia produktif melonjak hingga
50-60 persen. Kini jumlah usia produktif 15-35 tahun sudah mencapai 40 persen.
“Untuk pertama kalinya
dalam sejarah Indonesia sejak Indonesia merdeka, satu generasi muda sangat
mempengaruhi perkembangan ekonomi di Indonesia. Mereka menentukan mau dibawa ke
mana arah perekonomian kita pada lima tahun mendatang. Untuk itu kita harus
benar-benar mendalami karakter dan gaya hidup mereka, agar tidak menjadi
malapetaka bagi kita,”tambah Yoris.
Hal ini juga diperkuat
oleh data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) lewat data Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2014 – 2015, jumlah penduduk Indonesia
mencapai 254,9 juta jiwa. Dimana jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai
128,30 juta jiwa.
Sementara lewat survei
kumpulan data obrolan di Twitter yang dilakukan Provetic selama dua bulan mulai
1 Desember sampai 31 Januari 2016, menghasilkan rentang usia 20 – 24 tahun
menjadi usia user terbesar (45%) dari total responden sebanyak 4670
akun.
Pemerintah, melalui
Badan Ekonomi Kreatif juga telah mendukung langkah kaum milenial lewat peta
jalan e-commerce. Penetapan ini menjadi program nasional yang diluncurkan akhir
Januari 2016. Menurut data Departemen Perdagangan RI, pada tahun 2016, nilai
bisnis eCommerce di Indonesia diperkirakan bisa mencapai Rp 120 triliun, dan
bisa mencapai Rp 140 triliun dan dalam tiga tahun ke depan.
Dengan penguasaan
teknologi digital, ide orisinal dan kreativitas, kebebasan berekspresi yang
mereka miliki, dan dukungan stakeholders, nantinya akan membentuk masyarakat
Indonesia yang lebih maju di level Asia.
5. Tokoh-Tokoh Millenial.
Tidak perlu menunggu usia matang untuk sukses. Beginilah pencapaian yang dilakukan millennial Indonesia. Mereka tidak pernah memiliki kata menyerah dalam kamusnya. Terus berusaha demi mencapai kesuksesan pribadi, menginspirasi orang lain dan berguna bagi negara. Nah tokoh millennial kelahiran 1980-an hingga 1997 ini ternyata punya pengaruh dalam industri di Indonesia, misalnya dari bidang e-commerce, travel dan transportasi. Ada siapa saja? Yuk cek disini.
KEVIN MINTARAGA, FOUNDER BRIDESTORY INDONESIA
Bagi yang kesulitan mencari vendor pernikahan, Kevin Mintaraga mendedikasikan kemampuannya untuk mendukung para calon pengantin agar lebih mudah dalam setiap prosesnya. Setelah keluar dari CEO XM Gravity, sebuah perusahaan agensi digital, Kevin ternyata pernah mengalami tidak punya ijazah SMA dan kuliah. Namun setiap rintangan yang dijalani pria kelahiran 19 Januari 1985 ini lebih maksimal hingga menuai kesuksesan. Bahkan awalnya ia hanya menaungi 6 karyawan pada 2008, namun saat 2012 naik sampai 140 karyawan. Ia juga dikenal meng-cover pernikahan selebriti ternama, seperti Sandra Dewi, Chelsea Olivia dan Raisa.
FERRY UNARDI, CO-FOUNDER & CEO TRAVELOKA
Selama 8 tahun bolak balik Indonesia-Amerika demi menempuh pendidikan, Ferry menyadari adanya masalah pada saat reservasi pesawat. Lulusan Purdue University ini kemudian melihatnya sebagai peluang bisnis. Bahkan saking tertariknya, Ferry tidak menyelesaikan kuliah S2 di Havard University. Namun ia membuktikan apa yang menjadi naluri bisnisnya dengan adanya Traveloka. Hingga saat ini, Traveloka mampu menyediakan aplikasi pada bidang transportasi dan booking hotel. Ferry yang berusia 29 tahun ini juga masuk dalam daftar 17 orang Indonesia dibawah 30 tahun yang sukses.
DIAJENG LESTARI, FOUNDER & CEO HIJUP
Melihat peluang Indonesia sebagai negara yang populasi umat muslim terbanyak, Diajeng pun akhirnya membangun HijUp. Online platform ini menyediakan banyak fashion items untuk wanita muslim. Sebagai generasi millennial yang akrab dengan dunia digital, ia memulai promosinya pada Youtube dan terbukti sukses dalam dunia marketing berbasis fashion community! Sejak 2011, HijUp mendapat ‘suntikan dana’ yang nominalnya dirahasiakan, namun salah satu dananya berasal dari Bukalapak.
NADIEM MAKARIM, CO-FOUNDER & CEO GO-JEK
Tidak hanya fashion, travel dan tren pernikahan saja yang mendorong millennial Indonesia untuk berkarya. Bidang lainnya, transportasi juga tengah diminati generasi millennial. Bagaimana tidak? Tinggal pencet “book”, sang driver pun muncul di depan tempat kita berada. Nah salah satu tokoh millennial yang menggerakkan hal ini, Nadiem Makarim. Lewat Go-Jek, ia membangun dan memimpin perusahaan tersebut sejak 2010. Kini Go-Jek mengubah startup menjadi perusahaan yang menghasilkan milyaran dollar. Ia juga mendapat dana dari KKR, Sequoia Capital dan Rakuten Ventures sebesar US$550 juta.
WILLIAM TANUWIJAYA, CO-FOUNDER & CEO TOKOPEDIA
Berhasil menggaet nama besar Indonesia seperti Chelsea Islan, Isyana Sarasvati, Desta dan Vincent, ternyata perjalanan William nggak semulus yang dibayangkan lho. Mulai dari perjuangannya berkuliah di Jakarta, kondisi ekonomi keluarga yang goyah sampai hidup sebagai penjaga warnet, dijalani William secara maksimal. Saat ini, Tokopedia hadir sebagai online marketplacedengan pendapatan US$147 juta tahun lalu.
Dilansir dari : Berbagai Sumber.