Fine Graphic

Blog yang memuat berbagai informasi unik dan menarik. Khususnya yang berhubungan dengan Design Graphic.

Headline News

Senin, 08 April 2019

Kebahagiaan Yang Dilupakan

Perjalanan kehidupan yang kita lalui slalu memang beragam. Kadang dilanda kesedihan, kadang juga dihadirkan kebahagiaan. Tentunya semua orang lebih memilih kebahagiaan. Bahagia memiliki banyak sisi, tergantung cara pandang seseorang. Tapi secara umum bahagia itu identik dengan kasih sayang, terpenuhinya keinginan-keinginan, dan mampu berbagi terhadap yang membutuhkan.

Mengapa kita harus bahagia? Memang bahagia itu hanya bisa dirasakan dengan hati. Walau ada juga yang dirasakan oleh fisik, seperti makan enak, tidur yang nyaman, udara yang sejuk, pemandangan yang indah, dsb. Bagaimana jika bahagia yang sifatnya perasaan?

Bahagia dari segi perasaan adalah hal utama yang perlu kita miliki, lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan kebahagiaan fisik. Tentu begitu, jika dua pilihan dihadapkan pada kasus memilih keluarga atau tinggal di hotel mewah bertahun? Saya yakin kita pasti lebih memilih keluarga. Dengan itu lah kita lebih memperioritaskan kebahagiaan perasaan dari pada fisik.

Lantas untuk mewujudkan kebahagiaan batin tersebut memang harus dilandasi Spiritual yang baik. Karena penulis beragama Islam, maka sudut pandangnya adalah agama Islam. Dasar utama Islam adalah :

1. Mengucap syahadat.
2. Sholat.
3. Puasa.
4. Zakat.
5. Berhaji

Dari pengamatan penulis, hal yang masih sering dilalaikan adalah Sholat. Padahal Sholat adalah kewajiban utama setelah Syahadat. Memang semua ibadah tergantung niat, tapi niat saja belum cukup, harus ada penerapan yang konsisten. Contoh kasusnya begini :

Sebut saja kehidupan kita dimulai dari pagi, pagi sekitar pukul 4 tentu rasa kantuk kasih cukup tinggi, sehingga membuat kita malas untuk bangun. Dan sholat Subuh lalai. Kemudian siang hari kita bekerja/sekolah, karena kondisi kerja yang cukup padat membuat kita juga lalai mengerjakan sholat Dzuhur dan Ashar. Setelah pulang kerja kita biasanya merasakan kelelahan dan lalai lagi sholat Magrib. Terakhir adalah sholat Isya. Sebenarnya tidak ada lagi alasan untuk lalai dalam sholat Isya karena kita telah berada di waktu-waktu istirahat yang santai. Lalu knp masih tetap melalaikan? Kebanyakan waktu istirahat kita gunakan untuk hiburan, seperti nonton tv, gaming, sosial media, dll. Dan hiburan itu lah yang dapat melalaikan kita.

Memang kisah diatas bukan menjadi alasan, namun banyak didapati karena aktifitas itulah kebanyakan kita melalaikan kewajiban sholat.

Hubungannya dengan kebahagiaan batin tentu sangat melekat. Dari kecil kita sering diajarkan agama sedemikian rupa. Sehingga ketika kita melalaikan kewajiban itu artinya kita sedang menumpuk hutang, hutang dosa kepada Allah. Dan akhirnya kita merasa gelisah dalam keseharian kita. Selain itu, naluri beragama juga yang membuat kita resah apabila kewajiban tidak ditunaikan.

Jadi agar kebahagiaan batin bisa terwujud, harus diawali dengan terpenuhinya kewajiban kita dalam beragama. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tetap bahagia namun meninggalkan kewajiban beragamanya? Kasus ini bisa kita pelajari dari link berikut ini.

Jika kita sudah memahami modal dasar kebahagiaan batin. Langkah selanjutnya bagaimana? Kita mewujudkannya dalam hal interaksi kepada orang lain, dan yang pertama adalah keluarga. Keluarga adalah sosok pertama dalam hidup yang kita kenal, mulai dari Ibu, Ayah, Kakak, Adik, Kakek, Nenek, Sepupu, dan Kerabat lainnya.

Ada kepentingan yang kita inginkan dalam interaksi, apa itu? Pertama tentunya adalah mengharap ridho Allah dari silaturahmi, kemudian saling mengisi kekurangan kita, dan berbagi kebahagiaan lainnya.

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, kita tidak terlepas dari perbedaan-perbedaan. Contoh dalam hal menyusun strategi ekonomi keluarga, dsb. Secara umum memang harus kita rujuk ke Sisi Agama. Agar setiap persoalan bisa disepahamkan. Selanjutnya adalah merujuk ke segi hukum ekonomi umum. Serta logika yang ada. Seperti melakukan perhitungan antara keluaran dan masukan yang seimbang, prioritas kebutuhan, dll.

Jika hal tersebut sudah bisa kita lakukan, maka akan muncullah keharmonisan dalam interaksi kita antar anggota keluarga.

Berikutnya adalah interaksi sosial masyarakat umum.

Akan dibahas di ulasan berikutnya.

Bersambung.....