Fine Graphic

Blog yang memuat berbagai informasi unik dan menarik. Khususnya yang berhubungan dengan Design Graphic.

Headline News

Senin, 08 April 2019

Kebahagiaan Yang Dilupakan (Bagian Ke 2)

Kembali melanjutkan ulasan mengenai interaksi sosial masyarakat. Yang sebelumnya sudah dibahas pada artikel pertama.

Aktifitas masyarakat selain bekerja, juga banyak sekali. Seperti kegiatan ibadah bersama, konseling kesehatan balita dan ibu hamil di posyandu, olahraga di perkampungan, kerja bakti kebersihan lingkungan, dan interaksi non formal lainnya seperti bercengkrama dengan tetangga sambil ngopi, acara makan-makan, dsb.

Kegiatan di atas memicu ikatan sosial yang baik sesama anggota masyarakat, yang dampaknya bisa kita lihat dari kerjasama yang baik pada saat salah satu anggota masyarakat mengadakan acara tertentu, seperti pesta, dll.
 Tetapi selain dampak positif, ada juga dampak negatifnya. Seperti maraknya prilaku gibah, yang bisa memicu retaknya kerukunan bertetangga. Saling mencurigai dan berkurangnya kepercayaan antar warga. Lalu bagaiman hal tersebut bisa di cegah?

Hal yang mendasar adalah bersikap skeptis, atau mencari tau kebenaran dari informasi yang beredar. Mengedepankan nalar, serta melihat dampak yang ditimbulkan dari prilaku gibah tersebut.

Kegiatan bercengkrama tidak dapat dipungkiri, sebagai makhluk sosial. Saling berkomunikasi baik verbal maupun non verbal. Tukar wawasan, dan saling mencurahkan keluh kesah ke lingkungan yang dianggap membantu meringankan beban pikiran. Tetapi jangan melupakan aturan dan norma-norma yang baik.

Bayangkan jika situasi lingkungan kita yang harmonis, rukun dan sehat, maka ide-ide terbaik akan muncul di tengah-tengah masyarakat kita. Dan itu menjadi dambaan kita semua.

Oleh karena itu saya sebagai penulis menghimbau kepada kita semua agar memperhatikan hal-hal berikut ini :

1. Biasakan saling menyapa tetangga dan warga sekitar.
2. Hindari menciptakan informasi yang sifatnya masih belum terverifikasi kebenarannya.
3. Tumbuhkan sikap toleransi sesama, karena kita sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan.
4. Hindari berprasangka buruk yang kurang berarti.
5. Jika hal-hal dasar itu bisa kita wujudkan, maka sebaiknya disempurnakan dengan kegiatan agama.
6. Jadilah agen perubahan yang baik untuk lingkungan. Terutama untuk generasi muda, mari bersama-sama kita jaga suasana kondusif dengan saling mengingatkan orangtua kita, saudara kita dari hal-hal yang dapat memicu retaknya kerukunan.

Demikian ulasan yang bisa saya bagikan, harapannya bisa menjadi momentum kemajuan lingkungan kita baik secara normatif maupun hal lainnya.

Jika artikel ini bermanfaat, bagikan ke orang lain. Saya membuka diskusi lebih lanjut, demi perubahan masyarakat yang sehat dan beradab.

Salam Perubahan,
Anggun Muharrom